Sang Gelita bersandar, mendesis seraya berucap “Fana hanya membawa luka”
Tenggelam bersama riuh ramai yang menyeret kala
Tergelincir insan yang sibuk berkelana
Kepada jauh yang tak berumah
Lantas, Pakanira membisik bahwa “Rindu itu biru”
Bilur sendu dari mata yang layu
Tatapan nanar penuh dengan sedu
Katamu pula, “Aku akan selalu menunggu”
Kau bilang akan kembali; membawa relap yang selalu kunanti
Tangan itu akhirnya membasuh air di pipi
Namun curai, dikau telah mati
Membusuk bersama dengan hati
Yogyakarta, 2023